PUISI | KISAH PARA PEJUANG
Genderang perang ditabuh di seberang
Satu batalion memasang raut garangRiak genangan air tepercik dari hentakan tapal kuda
Beriringan dipacu dengan degup jantung dibalut rasa takut
Takut pulang negeri ini merdeka
Komandomu menandai akan hadirnya masa depan:
Tiada keringat dan darah yang jatuh sia-sia
Langkah serta lengan tegak siap siaga
Mengincar lalu menghunuskan tombak kayu
Meluncurkan anak panah
Melesat
Di tengah perlawanan tidak semua berjalan teratur
Ada yang gugur terkapar, lainnya gemetar...
Namun komandan berkata semua 'kan baik-baik saja
Walau prajurit tahu tiada lagi harapan yang tersisa
Karna bulir timah tepat menembus relung dada
Ada pula yang rela kehilangan mata dan kaki Bahkan rela mengubur mimpi dan janji
Yang ditunggu oleh pujaan hati
Maka pulanglah para pejuang
Disambut derai air mata
Ditandu dengan air mata
Disorak sorai dengan air mata
Wahai semua!!
Kita merdeka!!
Hiduplah Indonesia Raya!!
Harapannya setelah satu dekade penjajah pergi
Akan datang masa dimana
Anak cucu bisa makan makanan seperti kompeni
Bukan sekadar singkong atau sayur daun kemangi
Atau hanya mengenakan sisa goni
Yang membuat seluruh muka memerah menahan gatal tiada henti
Harapannya setelah satu dekade penjajah hengkang
Akan datang masa dimana
Anak cucu bisa seperti para juragan
Yang bisa menerbangkan cita dan cinta ke negeri seberang
Sungguh mulia memang,
Walau beberapa bagian tubuh tak lagi setia
Satu per satu kerabat tak lagi bisa bersua
Derita tinggal cerita
Menaruh bendera kecil diatas pusara
17-08-2020
Komentar
Posting Komentar