CERBUNG | MAHA BUCIN
DONGKOL ITU DATANG
Rezky tidak pernah melupakan
cemooh yang diberikannya di sekolah tadi pagi oleh teman-temannya. Dia tidak
akan pernah melupakan raut muka yang dipertunjukkan teman-teman lelakinya
padanya. Seenaknya mereka merendahkan harga dirinya dihadapan teman-teman
perempuan di kelas. Bagaimana ia terlihat bodoh dan konyol sebagai seorang
laki-laki ketika pelajaran olahraga, gara-gara ia tidak bisa melambungkan bola
sepak. Yang justru membuat luka di pelipis kanannya, menorehkan bekas yang
tidak akan hilang sebelum ia mengakhiri semua kedzoliman yang mereka buat.
Sebelum ia puas melihat mereka lari ketakutan akan pembalasannya kelak. Bola
mata kecil itu menghadap sebuah buku sains namun memberikan pancaran kosong.
Dalam dan melenakan.
Walau
badan Rezky kecil, ia merupakan anak yang berusaha memperjuangkan kebenaran. Seperti
ketika Dewi teman sekelas Rezky si kutu buku yang sempat dijahili oleh Baim dan
gengnya. Alkisah ketika Dewi keluar dari perpustakaan, Baim sengaja menabrak
Dewi sehingga buku yang dipinjamnya jatuh berserakan dan kacamata yang sering
Dewi kenakan terhempas beberapa meter dihadapannya. Dewi yang sedari kecil
mengalami gangguan penglihatan atau lebih tepatnya rabun jauh begitu panik
mencari kacamatanya. Namun yang dilakukan Baim sungguh kelewat batas, dengan
disengaja kacamata yang sangat Dewi jaga sepenuh hati itu hampir remuk terinjak
sebelum Rezky melindunginya. Di pegangnya kaki Baim namun secepat itu pula Baim
menghempaskan tangan Rezky dengan sentakan yang cukup kuat sehingga Rezky
merintih kesakitan. Namun yang dilakukannya sungguh membuat hati Dewi terketuk.
Semenjak itulah Dewi dan Rezky berteman dekat.
Tidak
salah jika Tuhan mengaruniai sifat heroik pada bocah berbadan kerempeng itu
sehingga orang-orang menaruh simpatik padanya. Namun yang dirasakan Baim justru
kebalikannya, Baim sangat cemburu melihat Rezky dipuji banyak siswa terutama
siswi OSIS di sekolahnya. Rasa cemburu Baim menjelma menjadi amarah yang tak
tertahankan, ia semakin terobsesi untuk terus membully, mempermalukannya
dihadapan semua orang di sekolahnya, terutama di hadapan setiap siswi. Namun
Tuhan juga merencanakan sesuatu untuk menguji sifat heroik Rezky, dan Rezky belum
siap dengan ujian itu. Amarah Rezky nyatanya meledak dalam diam.
Dalam
hati Rezky bersumpah akan memberikan pelajaran pada setiap orang yang
merendahkan harga dirinya. Sebagai bukti bahwa dia merupakan orang yang patut
diperhitungkan. Tidak boleh seorangpun memperlakukan semena-mena kepadanya.
Siapapun itu, tak terkecuali orang yang lebih tua termasuk guru olahraganya!
“Lihat
saja nanti, aku bersumpah akan membuat mereka bertekuk lutut dihadapanku suatu
saat nanti.” Gumamnya dalam hati sembari menutup buku sains miliknya hingga
membuat meja belajarnya bergetar.
DIBALIK
USIA 14
Dua bulan berjalan terlalu
cepat bagi langkah kecil Rezky untuk menapaki jalan setapak menuju kehidupannya
sebagai pelajar kelas delapan di sekolah menengah pertama Harapan Bangsa. Bocah
yang hoby menggambar itu tdak mengira bahwa hari ini adalah hari yang sangat ia
benci. Kenapa tidak, karena hari ini merupakan hari dimana ujian keolahragaan
dimulai di pagi hari untuk kelas nya. Rambutnya yang sedikit panjang berkibar
sangat ringan diterpa angin pagi. Jari jemarinya sibuk memainkan melodi dentang
bel sekolah yang telah berbunyi ketika langkahnya telah sampai di lapangan
basket tepat di depan ruang kelasnya. Dengan segera Rezky yang terlambat untuk
berganti pakaian olahraga segera mengeluarkan kaos olahraganya. Ia terlalu
memikirkan nasibnya di depan teman sekelasnya ketika ujian lompat tinggi….
Kesuksesan Baim mempermalukan
Rezky di hadapan teman sekelasnya di ruang olahraga membuat teman-teman satu
gengnya menaruh rasa hormat padanya. Sebenarnya tak ada untungnya membuat bocah
kerempeng itu dipermalukan, namun ada sesuatu dibalik niat Baim untuk
melancarkan bullyan yang kejam padanya. Siska, perempuan tercantik di sekolah
menyihirnyaa, pesonanya membuat setiap mata tertuju pada gadis konglomerat
pindahan dari luar negeri. Baim sudah susah payah dengan berbagai macam cara
untuk mendekati siska selalu saja dihalangi oleh sifat heroik Siska yang tidak
mau berpaling menaruh simpatik pada Rezky.
Rezky selalu menjadi obrolan
Siska dan gengnya dimanapun dan kapanpun seperti slogan teh botol. Apapun jenis
obrolannya, hot newsnya tetep Rezky Ardiansah. Kesal hati Baim mendengar semua
itu. Seakan tidak ada jenis obrolan lain selain bocah kerempeng itu. Semisal
saja ketika Rezky di perpustakaan dan kebetulan menolong pustakawan untuk
membereskan buku baru perpustakaan yang menumpuk di meja baca yang mengganggu
aktivitas pembacanya. Teman satu geng Siska bernama Reni yang kebetulan juga
berada di sana dan melihat kejadian itu langsung berlari menuju kelompoknya dan
mereportasikan apa yang ia lihat. Gaya bicaranya seperti host talkshaw
selebriti saja.
“Hai gaes, gue punya berita
hot loh, mau tau? mau tau?” sambil memonyong-monyongkan bibirnya, tangannya
jahil mencomot beberapa stik potato punya
“Buah nangka banyak durinya, biasa aja keles
gak usah monyong segala.” Ujar Dina dengan pantun yang bisa dibilang nggak
jelas banget iramanya.
“Pasti Rezky ya? Gimana?
Gimana?” Siska seakan tidak sabar untuk mendengar cerita dari sahabatnya.
Begitulah geng Siska, grup yang paling up to date kalau ada kejadian yang
membuat obrolan mereka tambah panas, karena “merica” yang mereka tambahi akan
menjadi berita itu luar binasa terdengan oleh teman-teman yang lain.
Namun kali ini bukan berita
baik mengenai Rezky, karena hal memalukan yang dialami oleh Rezky yang sedang
menjadi bahan obrolan kelompok centil itu termasuk Siska di dalamnya. Sampai
saat itu, menjadi awal dari semua rasa malu Rezky. Pulang dengan rasa tak
bersemangat dan amarah yang tak tahu lagi dimana ia bisa melampiaskannya.
Langkah kaki kurusnya tak
terasa sampai pada jalan kecil menuju rumahnya. Hanya tinggal beberapa meter
lagi dia sampai dan berencana untuk segera merebahkan badannya dan tidur untuk
melupakan hari ini dan berharap hari esok akan lebih baik. Berharap
teman-temannya melupakan kejaidan memalukan itu!
Nafasnya berhembus pelan
keluar dari rongga paru-parunya yang sengaja ia busungakan pertanda
mereflekskan raganya yang teramat penat. Matanya terkadang ia pejamkan berharap
jiwanya diambil oleh kendaraan yang lewat. Telinganya menangkap suara-suara
orang bertengkar, kicauan burung yang bersahutan dan kucing yang sedang
berkelahi.
Sampai di ruang tamu, Rezky
masih tak sadar kalau ia belum sempat membuka pntu. Tapi ia begitu acuh dengan
ketidak sadaran itu. Justru kucing peliharaannya si mini yang kaget karena
majikannya bisa menmbus pintu seperti makhluk astral.
*bersambung*
Komentar
Posting Komentar